welcome

Rancangan undang-undang akan melarang penggunaan biaya siswa untuk NIL

📝 Penulis: Live Sport 📅 Waktu Terbit: 12 Jul 2025 🏷️ Kategori: Prediksi

**RUU Kontroversial Guncang Dunia Olahraga Kampus: Mahasiswa Bayar, Atlet Kaya?

**Washington D.

C.

– Dunia olahraga kampus kembali diguncang dengan munculnya rancangan undang-undang (RUU) yang berpotensi mengubah lanskap kompetisi atletik di tingkat perguruan tinggi.

RUU yang diajukan di DPR AS pada hari Kamis ini, menjanjikan perlindungan antitrust terbatas bagi NCAA, badan pengatur olahraga kampus paling berpengaruh di Amerika Serikat.

Namun, inti kontroversi terletak pada larangan penggunaan biaya mahasiswa untuk mendanai program atletik perguruan tinggi.

RUU ini, secara implisit, mengakui bahwa NCAA tengah berjuang menghadapi gempuran tuntutan hukum anti-trust.

Perlindungan terbatas yang ditawarkan dapat memberikan nafas lega bagi NCAA, memungkinkan mereka untuk lebih leluasa mengatur pasar *Name, Image, and Likeness* (NIL) yang berkembang pesat.

NIL memungkinkan atlet kampus untuk mendapatkan kompensasi atas nama, citra, dan kemiripan mereka, sebuah terobosan yang mengubah status quo olahraga kampus yang selama ini melarang atlet dibayar.

Namun, larangan penggunaan biaya mahasiswa untuk membiayai program atletik adalah inti dari perdebatan yang lebih mendalam.

Selama bertahun-tahun, mahasiswa, terlepas dari minat mereka pada olahraga, secara tidak langsung mensubsidi program atletik melalui biaya kuliah dan biaya tambahan.

Sementara beberapa program atletik, terutama yang berkaitan dengan sepak bola dan bola basket, menghasilkan pendapatan yang signifikan, banyak cabang olahraga lain yang bergantung pada subsidi ini untuk bertahan hidup.

RUU ini berpotensi memaksa perguruan tinggi untuk mengevaluasi kembali prioritas pendanaan mereka.

Apakah adil bagi mahasiswa untuk membayar program yang hanya menguntungkan sebagian kecil mahasiswa lainnya?

Apakah dana tersebut lebih baik dialokasikan untuk meningkatkan fasilitas akademik, beasiswa, atau program lain yang melayani seluruh populasi mahasiswa?

Saya pribadi melihat ini sebagai langkah yang berani dan perlu.

Selama ini, narasi tentang “atlet mahasiswa” sering kali menutupi realitas finansial yang tidak seimbang.

Atlet, terutama di cabang olahraga populer, menghasilkan jutaan dolar untuk universitas mereka, sementara mahasiswa biasa menanggung beban biaya yang terus meningkat.

Tentu saja, RUU ini tidak tanpa konsekuensi.

Program atletik kecil dan cabang olahraga yang kurang populer mungkin akan kesulitan untuk bertahan hidup tanpa subsidi biaya mahasiswa.

Perguruan tinggi mungkin terpaksa memotong anggaran, menghilangkan program, atau menaikkan harga tiket untuk menutupi kekurangan dana.

Rancangan undang-undang akan melarang penggunaan biaya siswa untuk NIL

Statistik menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil dari program atletik kampus yang benar-benar menguntungkan.

Sebuah studi baru-baru ini oleh Knight Commission on Intercollegiate Athletics menemukan bahwa hanya sekitar 25% dari program atletik Divisi I yang menghasilkan pendapatan lebih banyak daripada pengeluaran mereka.

RUU ini memicu pertanyaan penting tentang prioritas kita dalam pendidikan tinggi.

Apakah kita lebih menghargai kemenangan di lapangan atau keberhasilan akademik?

Apakah kita bersedia untuk terus mensubsidi industri olahraga yang menguntungkan dengan mengorbankan kebutuhan mahasiswa?

Perdebatan tentang RUU ini baru saja dimulai, dan dampaknya akan dirasakan di seluruh dunia olahraga kampus.

Satu hal yang pasti: status quo tidak lagi berkelanjutan.

Kita perlu mencari cara yang lebih adil dan berkelanjutan untuk mendanai program atletik, tanpa membebani mahasiswa dengan biaya yang tidak semestinya.

Ini adalah kesempatan untuk mereformasi sistem yang sudah usang dan menciptakan masa depan yang lebih adil bagi semua.